Pages

2013/03/21

Laki-Laki dan Rokok

Di berbagai tempat banyak kita temukan orang yang merokok, bahkan di tempat umum yang padat dengan manusia pun mereka merokok. Jadi pemandangan orang merokok itu sudah tidak asing lagi. Kebanyakan dari mereka adalah laki-laki. Alasannya, mereka tidak bisa tanpa rokok, tidak bisa bekerja jika tidak merokok, apalagi kalau sedang stress dengan kerjaan dan laporan yang menumpuk atau sedang banyak pikiran.

Dalam rokok terkandung zat adiktif yaitu nikotin. Nikotin memiliki efek penenang dan efek anti-depresif, setidaknya dalam jangka waktu pendek, sehingga membuat seseorang merasa lebih nyaman. Dalam otak manusia sendiri, sebenarnya terdapat substansi-substansi yang jika menempel pada reseptor sel saraf dapat memberikan efek penenang. Sama halnya dengan cara kerja nikotin, ketika menempel pada reseptor sel saraf, otak akan memproduksi dopamine yang memberikan efek penenang tersebut. Namun karena nikotin terus-menerus menginduksi dopamine, otak secara bertahap akan mengurangi produksi dopamine bila nikotin tidak ada, sehingga dibutuhkan nikotin secara menerus bahkan secara bertahap dosis yang dibutuhkan semakin tinggi untuk bisa bekerja normal dan merasa nyaman. Namun persaan nyaman itu hanya bertahan sebentar, sekitar setengah jam. Dan jika tubuh kekurangan nikotin, maka perasaan tidak nyaman bahkan depresi akan muncul kembali.

Inilah yang menyebabkan seseorang kecanduan rokok, ingin merokok terus menerus. Bahkan semakin banyak tekanan pada pikiran, semakin tinggi kebutuhannya terhadap zat penenang itu. Ini juga menyebabkan laki-laki sangat membutuhkan rokok saat mereka sedang bekerja dengan tekanan pikiran yang cukup tinggi.

Selain itu, faktor sosial juga mempengaruhi kebiasaan merokok. Berada di kelompok yang merokok, membuat seorang laki-laki juga ikut merokok, memang kasus ini tidak terjadi pada semua laki-laki. Bahkan menurut kebanyakan laki-laki, menawarkan dan menerima tawaran untuk merokok adalah sebuah kebiasaan yang harus dihargai. Kebanyakan laki-laki akan menjawab, “bagaimana saya tidak merokok, segan gak terima tawaran teman, nanti dikira tidak menghargai dan gak kompak”

Rokok sendiri memberikan efek negative baik bagi si perokok aktif maupun perokok pasif. Pada setiap kemasan rokok terdapat peringatan akan bahaya rokok.  Rokok banyak mengandung zat yang bersifat karsinogenik (penyebab kanker) dan racun bagi tubuh, mengandung Karbon monoksida yang mudah terikat oleh hemoglobin sehingga menghambat fungsi kerja hemoglobin dalam mengikat dan transportasi oksigen, akibatnya tubuh akan kekurangan oksigen. Sudah jelas akan bayak system dalam tubuh yang terganggu jika kekurangan oksigen termasuk kerja otak. Dampak ini juga dirasakan oleh perokok pasif.

Mungkin dampak negative itu tidak langsung dirasakan oleh si perokok. Namun beberapa tahun ke depan mereka akan menanggung penyakit akibat rokok. Tidak sedikit orang yang terkena penyakit jantung, kanker paru-paru, gangguan pernapasan, impotensi dan lain sebagainya akibat sebelumnya atau sampai saat itu mereka adalah perokok. Itu sudah jelas mengancam kelangsungan hidup, kesehatan, kesejahteraan dan masa depan.

Lalu bagaimana jika saat itu mereka menjadi kepala keluarga yang harus menafkahi anak dan istri? Sementara di masa yang masih produktif, mereka telah terkena penyakit yang membatasi aktivitas mereka, termasuk bekerja mencari nafkah. Secara tidak langsung rokok juga mengancam kesejahteraan dan masa depan keluarga si perokok juga.

Orang yang tidak merokok pun bisa menjadi korban. Perokok pasif juga dapat terpapar bahan kimia yang terkandung dalam asap rokok. Bagaimana jika mereka adalah orang-orang terdekat?

Menyadari bahaya dari merokok, pilihan dari personal masing-masing, menikmati rokok dengan segala resiko yang pasti akan datang atau memilih “tidak untuk rokok”

No comments:

Post a Comment